Sepertinya Manusia Benar-benar Harus Mengevaluasi Apakah Kesetiaan Itu Masih Perlu

By RolLoe in Pixabay

Aku lupa kapan aku membaca artikel berisi evaluasi 'gagasan kesetiaan pada satu pasangan' di tahun 2023 ini. Mungkin sudah dua bulan lalu. Dan artikel itu benar-benar menggangguku. Ternyata, berdasarkan data yang penelitinya dapatkan, di luar sana seseorang bisa menjalani hubungan dengan dua orang sekaligus atau lebih. Sesuatu yang menurutku amat abnormal. 

———
Aku sangat tergila-gila dengan kesetiaan. Kejelasan hubungan antara orang pertama dengan orang kedua tanpa kehadiran orang ketiga, keempat, kelima, atau ketujuh puluh tiga, adalah suatu kebajikan moral yang tinggi menurut standar kontruksi relasi asmara di pikiranku. Beberapa waktu lalu aku sempat membaca artikel yang mengevaluasi hubungan monogami. Dan bagiku, gagasan tentang normalisasi poligami (ataupun poliandri) amatlah menyeramkan dalam pikiran dan menyakitkan dalam hati. Aku mengidentifikasi sebagai muslim tapi poligami selalu menjadi hal yang selalu berseberangan dengan pendirianku. Aku belum (atau mungkin tidak akan pernah) siap dengan standar bahwa 'aku mencium bibirmu lalu aku rela lelaki lain mencium bibirmu.'

Ini bukan penghakiman atau semacamnya. Ini hanya rasa gelisah yang kutimbun selama ini. Aku mengatakannya di sini karena khawatir suatu saat kegelisahan ini akan meledak dan melukaiku. Jadi sebenernya ini bukan kutujukan untuk seseorang. Tapi jika boleh jujur, aku selalu memikirkan sedang apa dia saat tidak bersamaku. Selalu memikirkan itu. Apakah dia akan menghubungi lelaki lain, atau merespon lelaki lain, atau apapun itu dengan lelaki lain. Tapi pada akhirnya semua itu akan berakhir dengan aku tetap percaya bahwa dia benar-benar selalu menjaga perasaanku. Dalam pembenaran di pikiranku ini, aku senantiasa percaya dia menolak semua orang yang menaksirnya, mencampakkan mereka, memblokir nomor mereka dan sebagainya dan sebagainya. Tapi batasku hanya pada level berandai-andai. Aku tidak akan bisa mengetahui kenyataan di baliknya. Tapi sejauh yang aku jalani bersamanya, tidak ada satupun dari kesalahan-kesalahannya yang menurutku pantas kujadikan alasan untuk meninggalkan dia. Betapa aku sudah mati rasa kepadanya, kecuali perihal cinta. 

Tapi sekarang, sepertinya aku telah mencapai puncaknya. Ibaratnya, jika seseorang merasakan sakit yang pertama kalinya, dia akan merasa sangat hancur. Seolah tak ada apapun di dunia ini yang mampu mengobatinya. Tetapi luka yang sering digores, pada akhirnya hanya akan menjadi laksana gigitan nyamuk. Remeh dan sakit sesaat. Tidak berlarut-larut dan gampang sembuh. Namun, bukan berarti seseorang membiarkan ratusan gigitan nyamuk di tangannya. Untuk menghentikannya, dia akan pergi ke minimarket, membeli obat nyamuk jenis apapun, dan menyalakannya di rumah, karena kali ini, dia mulai merasa gigitan-gigitan itu telah 'menyakitinya' seperti gigitan pertama.  

Dan setelah kebebasan dari rasa sakit ini (aku merasa akan terlalu dramatis jika menyebutnya dengan perpisahan), rasanya aku akan bertahan dengan kekosongan ini selama mungkin. Aku akan meringkuk di ruang hatiku yang, seperti kalian tahu, dalam, sempit, dan kosong ini. Sendirian. Menikmatinya dengan perasaan, bahwa sementara, kekosongan inilah hal yang paling bermakna bagiku untuk perenungan diri dan kesehatan mental. Hanya teman-teman terbaikku yang bisa berdiri di dekat ruang itu. Mereka bisa mengintip isinya yang sangat sangat rahasia, selanjutnya mereka akan bersimpati kepadaku, mendukungku habis-habisan, dan membiarkanku bahagia bersama mereka. 

Melihat kondisi diriku sekarang, sungguh betapa menyeramkan ketika membayangkan bahwa aku akan jatuh cinta lagi. 'Jatuh cinta lagi' seperti melihat diriku menyekop tanah kuburan yang kuperuntukkan untukku sendiri. Padahal aku baru saja membayar kontan biaya perngobatan mental di rumah sakit. Alias aku akan mati tanpa bantuan orang lain. Sekarang, semua akan terasa sulit untuk kembali bisa mencintai. Karena pengalaman terakhir dengan cinta, sungguh hanya kesialan yang menjadi akhirnya. 

Komentar

Postingan Populer