Tapi Kami Merindukan Debu Desa Bercak


Saat kami berpamitan kepada Bu Hajah dan Mas Siddiq untuk kembali ke Jember, yang kupikirkan hanyalah bagaimana mereka berdua bisa kuat berkali-kali mengalami perpisahan seperti ini. Mereka berdua yang mengizinkan kami untuk mendiami rumahnya selama KKN di Bercak, Cermee, Bondowoso. Kalau tidak salah, kami adalah kelompok KKN ketiga yang mendiami rumah itu.

Memikirkannya, aku hanya ingin momen perpisahan itu cepat selesai dengan cara pergi cepat-cepat, hal yang juga dirasakan oleh Indis. Kesedihan akan terus berlarut-larut saat kita mengizinkannya untuk dilanjutkan. Kita harus melangkah secepat kilat untuk melampauinya.

Ayah Mas Siddiq (Ayah), atau suami Bu Hajah (Ibu), telah meninggal sekitar 3 tahun lalu. "Ibu sering enggak nyambung kalau diajak ngomong," kata Mas Siddiq waktu menceritakan bagaimana kondisi Ibu setelah Ayah wafat. Dan kondisi itu bertahan cukup lama. 

Sejak Ayah meninggal, rumah itu hanya diramaikan oleh dua orang itu saja. Tapi apakah dengan dua orang rumah seukuran itu bisa semarak? Aku meragukannya setelah mendengar betapa kencangnya tangisan Ibu saat kami berpamitan kemarin. Putra, kordes kami, yang selama ini merasa kuat untuk tidak menangis saat perpisahan, akhirnya menangis juga. Kami hanya tak mampu dibayang-bayangi gambaran betapa sunyinya rumah itu setelah selama 40 hari penuh dengan tawa dan tangis kami. 

Sehari sebelum perpisahan itu, Mas Siddiq berkata; kata-kata yang sangat menusuk hati, "Biasanya, pagi-pagi keluar dari kamar ada kalian bercanda-canda, besok udah enggak ada." Anjing, kataku dalam hati. Dia juga menceritakan kalau dia jarang pulang ke rumah karena di rumah sepi. Tapi akhirnya selalu pulang karena ada kami. 

Tak tahu bagaimana lagi kami berterima kasih dan meminta maaf kepada keluarga paling bahagia sedunia ini. Kami yang bikin rumah itu ramai. Kami yang bikin rumah itu didatangi anak-anak kecil buat belajar dan bermain. Tapi kami juga yang bikin rumah itu sepi. Kami merindukan semua isi rumah itu. Dan kami juga merindukan debu Desa Bercak. 



Komentar

  1. Ah siapa yang memotong bawang disini

    BalasHapus
  2. rasanya ingin ku putar waktu agar bisa menjadi salah satu bagian dari kalian tapi it was all too late

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer