Sebuah Kisah Biasa

Ini kisah tentang lelaki penyendiri dan pemalu yang gagal dengan percintaannya. 

Dia menjalin hubungan yang tidak menentu dengan seorang wanita. Dan dia tak pernah protes apapun dengan cara hubungan yang begitu. Namun, sebenarnya dia tidak terima. 

Maka, saat seseorang bertanya kepadanya apakah lebih tepatnya status hubungan dia dengan wanita itu, dia selalu tak tahan untuk menjawab wanita itu adalah pacarnya. Tetapi dia selalu berhasil menahan diri, lalu lebih memilih menjawab, "Aku hanya salah satu laki-laki yang dekat dengannya." 

Satu malam, dia dikunjungi beberapa teman laki-laki wanita itu. Dia bersama seorang teman dari teman wanita itu. Saat mereka mengobrolkan sesuatu, temannya tiba-tiba memberi tahu teman wanita itu bahwa dia adalah pacar si wanita. Dia hanya diam. Dia tak mengiyakan meskipun dia ingin sekali faktanya demikian. Si teman wanita itu pun menkonfirmasi kepadanya. Dia pun menjawab bahwa itu salah. Dia bukan pacar wanita itu. Dia sempat dekat dengan wanita itu dan sempat putus nyambung saja. Jadi, tak ada kepastian hubungan baginya sekarang. 

Besok paginya, sang wanita memergokinya. Dia marah dengan fakta yang diucapkannya terhadap teman si wanita. Wanita itu bilang seharusnya si lelaki tidak membicarakan hal pribadi sejauh itu. Dia membantah. Dia tidak memulainya. Dia hanya meneruskan topiknya. Temannya lah yang memulai. Dia hanya meluruskan informasi. Tapi si wanita tidak terima dan tidak menyapanya selama beberapa hari. 

Si lelaki mulai mengevaluasi hubungannya. Dia merasa tidak dihargai. Atau bila bukan begitu, mungkin lebih parah: dia merasa tidak dianggap. Atau ini hanya semacam sebuah keinginan. Keinginan si wanita untuk menutupi status kedekatannya dengan sang lelaki dengan tujuan agar terlihat tidak memiliki pasangan atau sebutan sejenisnya untuk itu. 

Lelaki itu terlanjur menggantungkan kondisi hatinya kepada si wanita. Dia luar biasa percaya bahwa wanita itu tidak akan menyakitinya. Dia begitu yakin semuanya akan berjalan baik-baik saja. Dia pun sangat yakin dengan dia bersikap begitu kepada teman si wanita, wanita itu takkan marah, tapi kenyataannya berbeda. 

Lelaki itu tidak belajar dari pengalaman sebelumnya. Dia telah mengalami beberapa kali kegagalan dalam hubungan asmara. Dia telah berkali-kali bertengkar dengan si wanita. Meskipun selalu berakhir damai, tapi itu adalah pembelajaran untuk tidak mengulang pengalaman buruk semacam itu tetapi dia tidak belajar. Dan sekarang, karena keteledorannya, lelaki itu begitu menyesal. Dia begitu putus asa dan berpikir sebaiknya mulai sekarang dia harus menjalani dan mengatur kondisi hatinya berdasarkan dirinya sendiri. Bukan menggantungkannya kepada seseorang atau sesuatu pun. 

Komentar

Postingan Populer