Di Kosan Jisoo

Aku melipat buku dan menutupnya saat Jisoo menelepon untuk mengundangku ke kosnya. Aku mengingat-ingat apa jadwalku habis ini. Berenang. Sabtu adalah hari untuk berenang. Tapi aku tahu apa yang diinginkan Jisoo jika mengundangku. Tapi aku juga mulai bosan dengannya. Aku tak menemukan sesuatu yang istimewa lagi dalam dirinya, meski itu tak mengurangi cintaku padanya. Dan aku memilih meninggalkan berenang. Menuju kos Jisoo. 

Kami mengobrol banyak hal. Tapi kebanyakan tentang tugasnya yang menurutnya sulit. Dia kesulitan memahami Derrida. Dan tak tertarik sama sekali dengan semua yang dia maksudkan. Dia membeli Coca Cola dan Cheetos untukku di toko serba ada di gang depan. Aku hanya bilang terima kasih lalu makan dan minum sedikit. Tubuhku merasa luar biasa pegal. Aku tak bilang itu padanya karena dia pasti bakal memijitku. Biasanya aku bisa menghilangkannya dengan berenang. Tapi sekarang aku di kos Jisoo. Aku berbaring di sampingnya. Dia duduk menghadap laptop. 

Dia sesekali melihatku. Aku tak paham dengan tatapannya kali ini. Kami telah berpacaran sejak kami semester 5. Sekarang kami sedang pusing-pusingnya dengan skripsi. Lebih tepatnya , kata temanku waktu itu, skripshit. Aku bosan sekali, kata Jisoo sambil memandangku, dengan tatapan harap-harap aku bisa mengobati kebosanannya. Mau nonton? tawarku. Tapi aku bilang tak punya rekomendasi film bagus. Aku punya, katanya. Dia membuka tab baru. Login di Netflix. Dan memutar The Tiger Man. Film adaptasi dari novel The Tiger Man karya Kurniawan Eka. 

Aku suka film ini. Pertama-tama sekali film dibuka dengan aksi Giomar menggigit leher Datas Warna. Tangan Jisoo menggenggam pahaku sejak adegan Giomar bercinta dengan pacarnya di gubuk belakang rumahnya. Aku tahu apa yang terjadi selanjutnya dengan kami. Aku menggeser tubuhku lebih dekat dengannya. Aku bisa merasakan dadanya sekarang. Dan kami menghentikan film. Kami bercumbu sebentar. 


Komentar

Postingan Populer