Seperti Siap Mati

Jarum suntik jatuh bersama bulir hujan. Aku berlindung di lorong asrama. Namun percuma. Bagaimanapun sakitnya tetap terasa. Matahari bersinar terik. Tapi tak berfungsi. Dia tak mampu menghambat jarum suntik. Rasanya hanya ingin mati saja. 

Mengetahui sesuatu, yang seharusnya aku di sana, tapi malah di tempat lain, adalah kenyataan yang teramat buruk. Seperti terjebak dalam mimpi paling gila. Seperti disodori liang lahat sendiri, yang sempit dan gelap dan sendirian. Dan malaikat di belakangku tinggal menunggu instruksi untuk menghempaskanku ke sana. 

Nyatanya aku keliru mencintainya. Bukan dia. Aku yakin bukan dia. Aku yakin setelah semua yang terjadi. Terjadi secepat kilat dan menyakitkan. 

Sekarang seperti siap mati. 

Sia-sia aku berdoa: ambil ingatanku tentangnya. Aku kesulitan menyetop diriku untuk tidak memikirkannya. Memikirkannya sama dengan menguliti wajah sendiri, dengan pisau yang pernah kita buat memotong kue ulang tahunmu. Masih ada bekas remah-remah kue di sana. Sengaja kubiarkan apa adanya. Biarlah dia bercampur darah. Agar remah kue dan kebahagiaan yang menyertainya, dapat menyapa darah dan kepedihan yang melingkupinya. Seperti kau menyapaku. 

Aku berandai-andai, cabut kemampuan melihatku, agar aku tak pernah bisa melihatmu lagi, kecuali terhadap teks. Karena aku enggan kehilangan huruf-huruf. Tapi jika semua teks di alam semesta kau yang menuliskannya, cabut saja seluruh kemampuan melihatku. 

Lalu bagaimana bila aku tak bisa mendengar apa-apa lagi? Itu bukan masalah. Itu berarti aku takkan pernah mendengar suaramu lagi, yang merdu tapi menyayat itu, yang sumbang tapi kusukai, meski membikin gendang telinga pecah. 

Sudah kubuang botol parfum favoritmu. Wanginya sudah lenyap dari lemari dan baju-bajuku. Tapi wangi tubuhmu menyesakkanku, nyaris membuatku meletus. Seperti balon terlampau banyak udara. Tinggal menunggu saatnya hancur lebur. Dan kau tak bersikap layaknya anak kecil yang menangisi balonmu. Kau sengaja meniup kelewat besar, dengan gembira menunggunya meletus untuk mendengar jeritannya, jeritanku. Dan dor. Kau tertawa-tawa. 

Kau bahagia dengan semua ini. Kau sungguh bahagia. 

Komentar

Postingan Populer