Pembukaan Surat Elektronik


Kau muncul dua kali di mimpiku

Begitulah pembukaan surat elektronikku padamu nanti. Sebenarnya aku bimbang apakah pernyataan tersebut sudah dengan tepat mewakili pikiranku. Aku berniat membuatmu terkesan. Aku ingin kau terhipnotis. Sebuah kalimat pembuka mengejutkan yang mengubah pandanganmu tentangku. Atau kau akhirnya paham dengan maksud semua yang kulakukan selama ini, baik perlakuan untukmu maupun tidak. 

Apa sebaiknya aku menulis, aku telah memimpikanmu dua kali? Sebab sesungguhnya kemunculanmu di bunga tidurku adalah momen yang sangat kuharap-harapkan, yang kuusahakan dengan keras dengan cara mengingatmu setiap saat dan membayangkan kita bertemu di suatu tempat yang indah. Entah mengapa aku tak puas dengan pertemuan kita di dunia nyata. Aku juga ingin sekali melihatmu dengan setelan cantik itu di mimpi-mimpi. Menegurku dengan ceria, sebagaimana yang kau lakukan biasanya. Mengambil tempat di sampingku. Mulai mengeluhkan tugas-tugas kuliah dan organisasi yang membikinmu pening. Mungkin kau juga menambahkan bagaimana kau memperoleh referensi-referensi fashionmu. Fashion yang selalu membuatmu bak tuan putri, yang melenakanku akan keberadaan wanita lain di sekelilingku. Mungkin juga tentang seluk-beluk hobimu. Aku ingin mendengar apapun yang keluar dari mulutmu. Sampai kau lupa bahwa sebenarnya aku bukan siapa-siapamu meski caramu bercerita semuanya menunjukkan seolah-olah aku siapa-siapamu. Tapi, aku serius, aku memimpikanmu dua kali

Tetapi sejujurnya masih ada pilihan kalimat lain, yakni: karena kau merindukanku, kau muncul di mimpiku dua kali. Menambah pilihan pertama dengan satu klausa. Karena konon, seseorang akan muncul di mimpimu hanya jika dia merindukanmu. Tapi apabila kubuka surelku dengan itu, langsung terpampang jelas di kepalaku wajahmu yang seketika berubah meremehkan dan ilfeel. Menganggapku terlalu gede rasa. Tak tahu malu. Siapa juga yang merindukanmu, bantinmu kemudian. Betapa menegang urat maluku bila itu terjadi. Maka, fix, kan kutulis aku memimpikanmu dua kali

Mungkin caraku ini akan mengejutkanmu. “Orang kuno macam apa yang masih menggunakan surel untuk komunikasi pribadi?” tanyamu nanti. Atau, “Hah? WhatsApp lagi erorkah?”. Atau kau langsung ingat padahal Telegram baik-baik saja. Tujuanku pakai surel adalah aku hanya risau kau akan membalas cepat. Aku mau kamu mendapati kesan serius di pesanku (karena memang aku bersungguh-sungguh). Aku ingin timbul sebuah jeda panjang antara setelah kau mencerna kata-kataku dengan balasanmu. Atau aku ingin kau memikirkan sungguh-sungguh tiap kalimat balasanmu. Apakah sudah sepantasnya kau menjawab demikian? Kurasa surel mampu mengakomodir itu semua. Selain itu, sejujurnya aku hanya malu. Perpesanan instan bagiku terasa seperti bercakap-cakap langsung, tatap-menatap. Dan aku selalu tak tahan dengan tatapan. Seperti tak tahanku akan penilaian orang lain yang seenak sendiri. Aku gusar. Aku takut. 


Dari: Jemi Gordon, jemigordon99@gmail.com
Kepada: Annisa Jamilah Yaqub, annisajyaqub@gmail.com
Tanggal: 27 Oktober 2022 23.25 PM

SERIUS

Aku memimpikanmu dua kali. 
….

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer