Menjelang Tiga Bulan Saya Bersepeda

Sudah hampir tiga bulan saya beralih dari sepeda motor ke sepeda kayuh sebagai kendaraan utama saya bolak-balik kampus. Ada banyak perubahan yang saya alami. Saya jadi tahu dampak bersepeda setiap hari bagi tubuh. Saya juga jadi tahu kelebihan dan kekurangan, enak dan tidaknya bersepeda ke kampus. Mungkin ini bisa menjadi pertimbangan bagi teman-teman yang berminat bersepeda, juga menjadi pegangan untuk meminimalisir kekurangan yang saya rasakan. Tapi sebelum itu saya akan paparkan terlebih dahulu alasan-alasan saya meninggalkan kendaraan bermotor, meski tidak secara penuh.  

Alasan Saya Bersepeda

Semua berawal dari 'kampanye' besar-besaran tentang betapa ringkihnya bumi kita saat ini. Suhu bumi naik beberapa derajat celcius secara tak wajar dalam satu-dua dekade terakhir. Hampir di seluruh belahan dunia merasakan dampaknya. Termasuk bencana-bencana alam di dekat kita. Udara dipenuhi polusi. Kekeringan merengsek ke daerah-daerah. Sebagian ahli mengatakan, negara-negara kaya (Penghasil emisi terbesar, bisa dikatakan termasuk Indonesia) harus bertanggung jawab terutama terhadap negara-negara miskin (yang terkena dampak paling parah), seperti negara-negara di Afrika. Tapi bukan berarti negara penghasil emisi rendah angkat tangan. 

Itu semua membawa pengaruh psikologis pada diri saya. Apa yang bisa saya lakukan untuk ikut andil memperlambat bahkan mencegah perubahan iklim? 

Sewaktu di pesantren dulu, ditekan oleh regulasi, saya terbiasa menggunakan wadah makanan bukan sekali pakai. Sedikit demi sedikit saya menyadari pentingnya tindakan tersebut. Masyarakat dunia menyebutnya Zero Waste. Dan itu telah menjamur di beberapa negara terdampak langsung perubahan iklim. Di sana mereka telah melampaui masa-masa khawatir. Bencana itu di depan mata mereka. Sialnya kebiasaan saya hilang ketika di Jember. Entah kapan saya memulainya lagi. 

Namun, saya menemukan usaha yang saya bisa dan mau, bahkan semangat untuk memulainya: bersepeda. Kendaraan yang memproduksi emisi jauh lebih kecil dibanding kendaraan bermotor. Saya pun mencari sepeda yang cocok dari sisi model, jenis, kenyamanan, ketahanan, dan yang tak kalah penting, bugdet. Saya membeli sepeda bekas jenis roadbike di lokapasar Facebook. 

Pengalaman Bersepeda Selama Dua Bulan Setengah

Di hari pertama saya bersepeda, tubuh saya serasa ditumbuk. Sana-sini sakit. Saya rasa tubuh saya 'terkejut' karena sudah lama tidak beraktifitas fisik secara intens. Beberapa hari kemudian, tubuh saya mulai terbiasa. Ditambah pemanasan yang saya lakukan sebelum bersepeda. 

Setelah pembiasaan itu berhasil, dampak selanjutnya adalah entah mengapa saya merasa lebih bahagia daripada sebelumnya. Mengayuh sepeda di pagi hari, mencoba akrab dengan jalanan, bahkan juga harus maklum dengan sengat matahari Jember, seolah semua itu menjadi energi positif bagi saya. 

Jika bersepeda motor saya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit untuk sampai ke kampus. Namun, dengan bersepeda bisa lima belas hingga dua puluh menit. Ini membentuk rasa menghargai waktu lebih tinggi dalam diri saya. Saya harus bangun lebih pagi dan lebih lama dari tenggat waktu jam kuliah saya. Itu membentuk kedisiplinan tersendiri. 

Mari kita membahas jalanan Jember dari segi kenyamanan dan keamanan bersepeda. Saya rasa masih perlu banyak evaluasi untuk Jember. Contohnya, di sepanjang jalan yang saya lalui menuju kampus dari pondok pesantren saya, tak ada jalur sepeda sama sekali. Mungkin memang jalannya tak begitu lebar sehingga tak memungkinkan membagi jalan untuk pesepeda. Terlebih jajaran penjual di pinggir jalan telah menghabiskan pedestrian dan sebagian badan jalan. Saya mendapati jalur sepeda hanya di beberapa titik saja. Seperti di jalan Gajah Mada. Itu pun kadang-kadang dibuat parkir mobil. 

Tetapi jika kecepatan maksimum pengendara kendaraan bermotor dikurangi, pesepeda akan sedikit lega. Bayangkan, pesepeda dikepung kendaraan bermotor yang rerata berkecepatan 40 KM/jam lebih. Ini membuat kita juga mesti siap mental atas serangan suara klakson. 

Ekosistem sepeda kayuh di Jember sebenarnya cukup baik. Ada banyak bengkel sepeda atau bengkel motor yang menerima perbaikan sepeda. Toko sparepart sepeda juga mudah ditemukan. Hanya saja dengan variasi dan stok yang terbatas. Jika merasa kurang, kita bisa membeli sparepart di aplikasi belanja daring. 

Untuk perkumpulan atau komunitas pesepeda, sampai saat ini saya belum menemukan itu, terutama di kalangan mahasiswa. Mungkin akan lebih asyik jika perkumpulan itu ada. Perkumpulan demikian mempermudah dalam menyuarakan hak pesepeda, sebagai media bertukar pendapat dan konsultasi sepeda, dan galangan massa untuk kampanye bahwa bersepeda adalah salah satu aktivitas yang menghambat perubahan iklim. 

Baru-baru ini harga BBM resmi naik. Seorang pesepeda seperti saya tak terlalu risau dengan itu. Karena nyatanya setelah meninggalkan kendaraan bermotor pengeluaran saya jadi berkurang. Saya tak perlu pusing-pusing dengan jatah pengeluaran untuk BBM. Hanya jika hendak menempuh perjalanan jauh saja saya mempersiapkan uang BBM. 

Beberapa Hal yang Perlu Diingat Saat Membeli Sepeda 

Model dan jenis sepeda mungkin tak terlampau penting, kecuali gaya bersepeda sungguh kita perhatikan. Tapi pada dasarnya, membeli barang apapun, kenyamanan, ketahanan, dan bugdet lah pertimbangan utamanya. Begitu pula membeli sepeda, terutama commuter bike atau sepeda yang dipakai untuk harian. Mungkin berikut merupakan beberapa hal yang perlu diperhatikan membeli sepeda untuk penggunaan harian. 

Sepeda ini akan kita gunakan sehari-hari. Kenyamanan salah satu faktor yang membuat kita bertahan tidaknya berlama-lama bersepeda. Ada banyak kasus kenyamanan sepeda yang membuat sang pengguna akhirnya menyerah dan menggudangkan sepedanya. Kenyamanan bersepeda ini meliputi kenyamanan posisi badan dan keamanan berkendara. 

Maka dari itu, ukuran sepeda, tinggi sadel, diameter roda, jumlah gigi atau ukuran crank pada pedal, lebar dan tinggi stang, serta perlengkapan lain seperti busana bersepeda sangat-sangat harus diperhatikan. Selain itu, dalam subfaktornya, yakni keamanan, meliputi kondisi rem, roda, bahkan bagian-bagian detail sepeda tak boleh dilupakan. Intinya, pastikan kita benar-benar nyaman bersepeda bahkan dalam jarak sejauh apapun. Posisi bersepeda ini juga akan mempengaruhi bentuk tubuh kita. 

Karena penggunaan sepedanya bersifat harian, maka perhatikan pula ketahanan sepeda. Tentu kita jengkel jika sering-sering membawanya ke bengkel. Pemilihan sparepart sepeda utamakan yang berkualitas tinggi. Jika budget tak memungkinkan, setidaknya pelihara dan lakukan perawatan dengan baik, laten, dan rutin. 

Perhatikan pula pemilihan medan dan fungsi sepeda. Hindari jalanan berbatu jika roda dan setting sepeda hanya diperuntukkan untuk jalanan beraspal halus. Hindari pula aksi-aksi freestyle jika sepeda tidak dirancang untuk itu. Penggunaan yang keliru akan membuat ketahanan sepeda berkurang. Tak tahan lama. 

Adalah budget. Jangan paksakan membeli sepeda atau segala hal pendukungnya dengan harga di luar kemampuan kita. Riset harga dan kualitas secara pribadi atau konsultasi ke orang yang ahli dan paham tentang persepedaan juga tak kalah penting. Bisa bertanya ke pak bengkel. Jika ragu, cari teman yang paham sepeda. Atau, buka YouTube dan peramban. Ada banyak video dan artikel tentang tips-tips memilih sepeda sesuai kebutuhan. 

Perubahan iklim itu nyata. Sampai kapan kita apatis (dan skeptis) di saat sebagian penduduk dunia telah merasakan dampak buruknya? Apa kita menunggu sampai kematian akibat perubahan iklim tampak di depan mata kita? Suara pribadi lebih memungkinkan sayup-sayup alih-alih lantang. Tapi setidaknya inilah suara dan usaha pribadi saya untuk berkontribusi memperlambat bahkan mencegah perubahan iklim. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer