Pertanyaan Teman

Beberapa kali teman-teman saya bertanya, "Bagaimana caranya agar bisa rajin membaca buku?" Saya heran, mereka melontarkan pertanyaan itu kepada saya. Seolah saya adalah seorang yang rajin membaca buku. Padahal kebiasaan membaca buku seukuran saya masih kalah jauh dibanding panutan-panutan saya. 

Saya selalu tercengang-cengang ketika membaca tulisan-tulisan Eka Kurniawan tentang buku-buku yang dia baca. Seolah tiada habis semangatnya untuk menamatkan khasanah kesusastraan dari seluruh belahan dunia. Itu mengingatkan saya akan perkataannya bahwa tahap awal untuk bisa menjadi seorang penulis adalah rakus membaca. Tapi baiklah, jangan kita khususkan kegiatan membaca kali ini hanya karena ingin menulis. Anggap membaca sebagai sebuah kebutuhan. 

Untuk saya sendiri, kebiasaan membaca buku saya berawal ketika masih di pesantren dulu. Di pesantren, kami tidak bisa mengakses internet untuk mencari informasi. Kami tidak boleh memiliki, mengoperasikan, bahkan memegang gawai. Semua itu adalah larangan keras. Sebab ada kekhawatiran penggunaan gawai menimbulkan dampak negatif yang lebih besar daripada dampak positifnya. 

Dari ini saya menyadari, bahwa satu-satunya jalan untuk mencari informasi, melakukan pembelajaran, atau hanya sekadar menghibur diri, adalah dengan membaca buku. Kadang suatu kali, kita membutuhkan informasi, maka kita lihat di internet. Atau kita juga membutuhkan hiburan, kita bisa mendengarkan musik, membaca cerita, atau menonton video melalui gawai. Namun, bagaimana dengan kami? Kami pun membaca buku.  

Di masa itu saya masih belum tahu apa itu sastra. Novel-novel yang saya baca berupa novel-novel remaja. Kisah tentang perkelahian siswa di toilet, kisah cinta ketua osis, juga guru-guru yang jutek. Perlahan-lahan bacaan saya mulai tumbuh. Baik dalam kualitas isi, maupun genre yang mulai bermacam-macam. 

Awalnya membaca buku hanya sebatas menghilangkan bosan, jalan akhir mencari informasi. Namun, dalam waktu-waktu selanjutnya membaca buku tidak hanya sebatas hiburan. Membaca buku sudah menjadi semacam kebiasaan rutin harian. Dan membaca buku sudah menjadi kebutuhan yang tak bisa dikesampingkan. 

Yang lebih sulit daripada memulai membiasakan diri membaca buku adalah mempertahankan kebiasaan tersebut. Selalu saja ada perasaan merasa cukup dalam diri saya. Dalam kondisi ini, saya lekas-lekas berusaha membuat diri saya sadar, bahwa orang-orang di luar sana berlari mengejar cita-cita mereka. 

Yang paling saya ingat adalah ketika Eka Kurniawan menulis bahwa mungkin Jorge Luis Borges membaca semua buku di perpustakaan tempat dia bekerja. Bayangkan, buku di perpustakaan, umumnya, tak kurang dari ribuan buku. Dan bisa jadi Jorge Luis Borges membaca semuanya. Agak sulit dipercaya, memang. Tapi siapa yang tidak tahu bahwa Borges pembaca buku yang rakus? Hanya orang yang tidak tahu kesusastraan yang tidak tahu fakta itu.

Saya selalu membayangkan, saya adalah orang yang memiliki banyak sekali uang. Hingga saya tak perlu menunggu sampai punya uang untuk bisa membeli buku yang saya pengin. Setiap melihat buku bagus, setiap itu pula saya membelinya. Saya selalu membayangkan itu. Sayangnya saya belum bisa.

Yakini saja, dengan membaca buku, waktu kita lebih bermakna. Dengan membaca buku kita bisa lebih maju selangkah dari teman-teman kita. Dan yang terpenting, buat keren-kerenan aja. Haha.

Komentar

Postingan Populer