Id, Psikoanalisis Freud

Ketika baru lulus dari sekolah menengah atas, baru saya merasa bahwa bacaan buku saya sangat miskin. Namun, setelah masuk perguruan tinggi, tak bisa dijamin juga bacaan seseorang akan semakin kaya. Setidaknya berkembang dibanding saya masih sekolah menengah atas. Ya, itu hanya pembukaan untuk basa-basi ini. 

Saya kenal Freud pada saat itu, saat saya baru memulai kuliah. Melalui kunjungan tak sengaja ke toko buku pesantren saya dahulu, dan saya menemukan buku tentang psikologi Freud yang ditulis oleh Calvin S. Hall, berjudul Psikologi Freud, Sebuah Bacaan Awal.  Sebagaimana pemuda yang begitu terobsesi oleh belajar dan belajar, saya begitu bersemangat berkenalan dengan Freud. Kemudian baru saya paham kalau psikologi Freud lebih dikenal dengan istilah psikoanalisis. 

Teori yang paling terkenal dari psikoanalisis Freud adalah tentang komponen atau sistem yang menyusun kepribadian seseorang, yaitu id, ego, dan super-ego. Setiap orang memiliki tiga komponen tersebut, yang bekerja secara tersistem dan berkolaborasi, sehingga seseorang dapat melakukan hubungan dan interaksi secara baik dengan dirinya sendiri dan lingkungannya. 

Keberadaan tiga hal tersebut merupakan upaya untuk pemenuhan hasrat alami manusia. Jika tiga komponen itu bisa bekerja dengan kooperatif, maka tujuan itu akan mudah tercapai. Namun, sebaliknya, bila ketiga-tiganya saling bertentangan, tak mau saling berkompromi, maka akan membuat orang tersebut, tuannya sendiri, sulit untuk menyesuaikan diri. Kesulitan ini pada akhirnya akan memunculkan rasa ketidakpuasan terhadap dirinya dan dunia secara umum. 

Sebagaimana binatang, manusia memiliki hasrat-hasrat kebinatangan dalam dirinya. Hasrat-hasrat yang hanya didasari nafsu dan insting bertahan hidup. Hasrat ini tak ada campur tangan oleh akal dan perasaan. Segala yang diminta insting dan nafsu ini bisa jadi adalah sesuatu yang setidakmungkin apapun cara mendapatkannya, maka tubuh atau diri seseorang tetap berusaha untuk memenuhinya. Sekali lagi, ini sama halnya dengan binatang. Freud menyebut ini dengan id. 

Freud, dalam mengistilahkan apa yang dimaksudkan oleh id adalah sebagai prinsip primordial atau prinsip kenikmatan. Satu-satunya tujuan dari prinsip ini adalah membebaskan orang dari ketegangan. Rasa sakit dan tegang yang seseorang rasakan akan memantik id untuk bertindak agar ketegangan dan rasa sakit itu bisa diatasi. 

Akal dan perasaan tak pernah ikut campur dalam tindakan id ini. Maka tak heran, jika semua yang id lakukan sangat bertentangan dengan akal dan perasaan. Dia tidak lagi memikirkan apakah usaha yang akan dia lakukan ini mungkin atau mustahil secara akal. Dia juga tak lagi menghiraukan orang-orang lain, apakah akan menyinggung perasaan mereka atau tidak. Apapun yang terjadi, demi menghilangkan rasa sakit dan tegang itu, id akan tetap berusaha bertindak hingga ketegangan betul-betul hilang, dan dia akan kembali ke dalam keadaan yang rileks. 

Barangkali kita, atau seseorang yang pernah kita tahu suatu kali pernah berlaku demikian. Demi mendapat sesuatu yang sangat diinginkan dia akan melakukan apa saja. Tak lagi menghiraukan mungkinkah sesuatu itu dicapai dan tersinggungkah seseorang dengan tindakannya itu. Selama orang itu tak mendapat apa yang dia inginkan, tak akan dia menyerah sesulit apapun rintangannya. 

Bagaimana jika keadaan dirinya sendiri dan lingkungannya tidak menghendaki pemenuhan kebutuhan tersebut. Yang terjadi adalah id akan tetap mengupayakan keinginannya tercapai dengan cara meminimalisir ketegangan, dan secara terus-menerus menstabilkan proses tersebut secara konstan. 

Id secara universal dimiliki oleh setiap organisme. Lebih mudah ahli memberikan alternatif dalam menyebut id. Atau jika saya boleh menyebut id secara sederhana sebagai insting bertahan hidup. Bagaimanapun seluruh usaha yang id lakukan adalah upaya untuk bertahan hidup. Ketegangan dicoba untuk direduksi dengan tujuan mengurangi rasa keyaknyamanan pada diri dan mental seseorang. 

Sifat dasar id adalah berlaku spontan, dengan serta-merta. Artinya jika suatu kali dia merasakan ada sebuah ketegangan yang menyakitkan perlu dihilangkan atau diminimalisir, maka dia akan bertindak dengan sendirinya. Sebagaimana mata kita yang jika terlalu banyak menerima cahaya yang membutnya menjadi silau, maka secara otomatis dan spontan, kelopak mata akan menutup untuk menghilangkan ketegangan yang ditimbulkan cahaya yang berlebihan. 

Sialnya, dalam keadaan-keadaan tertentu, id tidak serta-merta berlaku spontan dan otomatis. Dia masih membutuhkan pihak eksternal dalam upaya memenuhi kebutuhan agar ketengangan itu reda. Sebagai contoh, bayi yang kelaparan tak akan bisa dia langsung tahu bahwa ketika lapar dia harus makan, dengan ketidaktahuan ini dia juga tidak tahu apa yang harus dia lakukan agar perutnya tak merasakan kesakitan. 

Oleh karenanya, bayi membutuhkan pihak-pihak ekternal berupa orang-orang di sekitarnya untuk memberinya makan. Dengan repetisi yang rutin akan peristiwa ini, lama kelamaan bayi akan mengingat, ketika terjadi sebuah gejolak dalam perutanya yang sangat sakit tak tertahankan maka harus ada sesuatu yang dia harus makan. Ingatan ini akan terus menerus terbawa hingga dia dewasa dan menjadi sebuah kebiasaan. Dan pastinya hampir setiap kebiasaan yang manusia lakukan berawal dari peristiwa demikian. 

Peristiwa ketidakspontanan, tidak serta-merta ini membuat id terus berkembang. Kasus bayi tadi adalah salah satu contohnya. Jika bayi dibiarkan kelaparan seterusnya, dia tak akan tahu apa yang bisa membuat perutnya tak lagi sakit, dan mungkin dia akan mati setelah itu. Berlaku juga demikian, ketika dia merasa tenggorokannya (bahkan dia belum tau apa itu tenggorokan) sangat kering, dan tak ada seorangpun yang memberi dia air, sampai kapanpun tak akan dia tau apa yang mesti dia lakukan ketika tenggorokannya kering. 

Freud kemudian kembali menegaskan seperti apa itu id. Id adalah mata air satu-satunya energi psikis dan tempat tinggal insting. Id tak mengenal moral, rasio bahkan logika. Dia tak punya nilai-nilai, ukuran etika, dan moralitas. Tujuannya hanya meraih pemuasan, memenuhi kebutuhan instingtif. Dia juga sulit bahkan dibilang tak bisa diakses pemiliknya dengan sadar. Dia berada di paling bawahnya bawah, sangat gelap dan tak terlihat. Terakhir, id tidak berpikir, dia hanya menginginkan dan bertindak. 

Komentar

Postingan Populer