Edgar Allan Poe dan Hantu-hantu Ciptaannya

Cerita horor yang menarik saya rasa hanya perlu setidaknya dua hal teknik bercerita: 1) deskripsi mengenai tempat dan suasana, serta 2) deskripsi mengenai perasaan yang dialami tokoh akan tempat dan suasana. 

Tempat dan suasana yang menakutkan, seram, dan semacamnya pasti akan menimbulkan perasaan takut, khawatir, atau gelisah. Atau lain kali juga menimbulkan rasa keberanian yang tiba-tiba. Setidaknya itu perasaan yang muncul akibat hal-hal menakutkan. 

Selanjutnya, tinggal bagaimana deskripsi kita tentang hal-hal dan tempat menakutkan benar-benar berasa menakutkan. Di sinilah peran sebuah detail menjadi sangat penting. Jika kita ingin mendeskripsikan tempat, dengan tujuan menunjukkan bahwa tempat itu sangat menakutkan, maka jelaskan kesan utamanya beserta detail-detailnya. Semisal, rumah itu sangat seram. Orang mungkin tak langsung percaya begitu saja. Maka kita perlu menjelaskan apa yang membuat rumah itu seram. Bisa saja kita sebutkan, "rumah itu berada sendirian di tengah hutan tanpa tetangga. Di halaman belakang, terdapat makam penghuni rumah terduhulu yang tak terawat, " dan seterusnya. Detail menjadi sangan urgen dalam cerita horor. 

Meskipun kadang kala cukup hanya dengan mendeskripsikan tempat, tapi di lain waktu perlu juga menampilkan bagaimana perasaan tokoh, atau respon tokoh terhadap tempat. Apakah tokoh ketakutan, atau biasa saja, atau bahkan karena baru pertama kali mengalami dia merasa tertantang untuk berani atau semacamnya? Harus ada satu sikap yang dapat mendukung bahwa tempat itu benar-benar menyeramkan. Tak perlu melulu membuat tokoh yang ketakutan. Tokoh ketakutan mungkin akan lebih menunjukkan bahwa tempat itu sangat seram, tapi tokoh yang berani, juga bisa membuat kesan tempat itu menyeramkan. Karena hal yang menakutkan harus dilawan dengan keberanian. 

Barangkali itu yang bisa saya comot dari cerita-cerita Edgar Allan Poe. Deskripsi menjadi senjata utama dalam cerita horornya. Dan saya tidak yakin, tanpa deskripsi, cerita itu bisa membuat pembaca tertarik. Gagasan mungkin dibutuhkan pada beberapa tempat. Namun, tak dapat dijadikan fondasi cerita. Sebagian besar Si Deskripsi lah yang menjadi motor penggerak utama jalannya cerita, tentunya tanpa meniadakan keberadaan plot.  

Dalam Gema Jantung yang Tersiksa, seseorang telah membunuh orang terhormat. Pembunuhan dilakukan setelah selama tujuh malam melakukan pengintaian. Orang itu menyelinap ke dalam kamar si orang terhormat. Pada malam terakhir, pembunuhan itu terjadi. Orang terhormat itu terdorong hingga tersungkur, lalu ditindih dengan dipan tempat dia biasa tidur. Esoknya polisi melakukan penyelidikan. Tapi tak ada satupun tanda adanya pembunuhan. Dan ketika polisi beranjak, pembunuh terkena teror dari arwah, dan terpaksa mengaku kepada polisi. 

Hop-Frog menampilkan dua orang pelayan kerajaan yang melakukan balas dendam kepada seorang raja dan tujuh menterinya. Balas dendam itu dibalut sebuah pertunjukan semacam sirkus hiburan. Rencana berjalan sangat mulus. Raja dan tujuh menterinya terbakar gosong di gantungan sirkus. 

Terdapat pelayaran kapal besar yang tak selamat, tenggelam karena buasnya badai malam hari di samudera. Semua orang mati kecuali beberapa orang yang berhasil selamat karena menumpang perahu kecil. Saya anggap cerita berjudul Kotak Persegi Panjang ini merupakan yang terbaik di buku ini.

Dalam Obrolan dengan Mummy, ini kisah aneh. Mummy berusia beribu-ribu tahun berhasil hidup kembali setelah di rangsang menggunakan aliran listrik. Sebenarnya alasan Si Mummy diawetkan bukan sebab ia mati, orang mengira dia mati. Setelah Mummy hidup, orang-orang itu jadi membicarakan persaingan teknologi di zaman Mesir Kuno dan zaman modern. Benar-benar kisah aneh. 

Cerita pembunuhan kembali ada di Kucing Hitam

Pertanda Buruk, menjadi sebuah cerita yang menampar keras orang-orang yang selalu berpikir berlebihan (overthinking). Hal yang kenakutkan kerap kali hanya ada ketika kita mempercayainya. Di sinilah kekuatan imajinasi. Terlebih ketika kita sering dicekoki cerita-cerita mulut yang diceritakan turun-temurun. Itu akan membentuk citra di dalam pikiran manusia. Dan ketika mereka mengalami kejadian yang mirip dengan apa yang telah mereka tonton, bayangan itu akan muncul, beserta kesan-kesannya. 

Poe seringkali menutup cerpen dengan akhir yang mengejutkan. Sesuatu yang tak disangka-sangka. Bikin ngeselin.

Yah, begitulah kesan saya setelah membaca cerita-cerita horor Poe. Menakutkan. 

Komentar

Postingan Populer