Sastra Pariwisata

Beberapa waktu lalu, tepat ketika libur nasional memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad, saya mengunjungi beberapa tempat wisata di Banyuwangi. Kota saya sendiri. Salah satu tempat yang menarik hati saya adalah sebuah teluk di Taman Nasional Meru Betiri yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Jember. Teluk itu diberi nama Teluk Ijo. Tentu, mengapa dinamai Teluk Ijo karena teluk itu merupakan teluk yang airnya berwarna hijau. Namun, bukan berarti airnya berwarna hijau, hanya saja terlihat hijau. 

Lalu saya membayangkan suatu saat tempat-tempat indah seperti ini bukan hanya diabadikan melalui lensa kamera dan mengunggahnya di Instagram, barangkali, karena kebanyakan seperti itu. Tapi saya berharap ada dari salah seorang penulis yang mengabadikannya sebagai salah satu latar di novel-novel mereka. 

Setelah membayangkan hal ini, saya teringat dengan novel-novel Eropa yang pernah saya baca. Dalam novel-novel Franz Kafka, saya bisa melihat bagaimana indahnya arsitektur Kota Praha, Ceko. Lalu dengan kepiawaian Kafka dalam bercerita, seakan-akan saya benar-benar mengunjungi Praha di dunia nyata. Kemudian, melalui Monte Cristo-nya Alexandre Dumas, saya bisa tahu bagaimana keindahan dan ramainya Kota Paris di abad kedelapan belas. Dan keadaan Paris yang lebih modern saya tahu melalui karya-karya Albert Camus. 

Saya lahir tahun 2000. Namun, saya bisa, setidaknya dengan ala kadarnya, mengetahui seperti apa bentuk Indonesia di masa penjajahan melalui novel-novel Pramoedya Ananta Toer. Lebih jauh kebelakang, saya tahu Nusantara pernah memiliki kekuatan angkatan laut terkuat yang mampu menggempur pertahanan bangsa-bangsa besar Asia bahkan Eropa. Saya tahu hal ini dari novel Arus Balik Pramoedya yang sangat monumental. 

Dari serba-serbi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa suatu karya sastra terutama novel, dapat memberi kesan mengenai keadaan dan kondisi suatu tempat dalam waktu tertentu. Dan jika kita melihat kesempatan ini, hal ini adalah potensi. Potensi besar dari industri pariwisata Indonesia. Setidaknya, dengan mendorong para penulis untuk menyertakan tempat-tempat indah sebagai latar adegan dari tokoh-tokoh dalam novel mereka. Walaupun tampaknya tak semua penulis mau melakukannya. 

Mungkin konsep di atas telah dari dulu para sineas lakukan. Mereka memproduksi film dengan bangga dan optimisme yang besar menampilkan bagaimana eksotisme pariwisata Indonesia. Tak perlu saya menyebutkan contoh-contoh di sini, anda bisa dengan mudah mencarinya sendiri. 

Namun, tidak semua orang di dunia hanya menonton film. Mereka tidak hanya mengunjungi bioskop di akhir pekan. Bukan itu saja. Mereka juga mengunjungi perpustakaan. Membeli buku-buku baru di toko buku sudut kota. Dan membacanya dengan seksama. Saya rasa para kutu buku inilah sasaran dari proyek seperti ini. 

Mungkin saya akan melihat diri saya sendiri lagi. Tentang bagaimana saya mulai tertarik dengan keadaan dan suasana Benua Eropa hanya karena saya membaca novel-novel Eropa. Dan saya mendapati bagaimana keadaan Eropa di novel-novel itu. Hingga terkadang, saya sampai pada keadaan di mana saya sangat berkeinginan untuk pergi berkunjung ke Eropa. Dengan niatan membuktikan kebenaran dari novel-novel itu. Namun, sayang, saya belum pernah bisa pergi ke Eropa. Tapi setidaknya saya tahu kalau novel-novel itu tidak bohong dari beberapa foto yang pernah saya lihat di internet. 

Kemudian bayangkan bagaimana jika orang Eropa membaca karya-karya sastrawan Indonesia. Yang mana mereka mulai berkenalan dengan pantai pasir putih Indonesia yang masih sangat alami, gunung-gunung hijau yang menjulang, dan, pastinya, adat istiadat Indonesia yang menggugah. Barangkali mereka sama seperti saya, secara otomatis, berkeinginan untuk berkunjung. 

Beberapa orang mungkin akan menganggap bahwa konsep ini berlebihan, sangat berlebihan bahkan. Namun, kita tidak akan pernah rugi jika mau untuk mencoba. Jikalau seandainya karya-karya itu tidak mengundang seorang pun. Ia bisa menjadi sebuah monumen bagi anak-cucu kita pada generasi mendatang.

Dalam kajian kesusastraan, latar adalah salah satu unsur intrinsik terpenting dalam karya sastra terutama novel. Saya merasakan bagaimana latar-latar itu mengambil tempat dalam benak saya. Menyentuh bagian terdalam otak saya dan selanjutnya, sangat sulit untuk saya melupakannya. Melupakan seperti apa Mersault mengendarai mobil di jalanan Paris, dalam karya Mati Bahagia Albert Camus, mungkin jika saya berkeinginan, saya akan membutuhkan waktu yang lama. 

Bahkan, sebagian sastrawan menyeragamkan satu latar dalam beberapa novel mereka. Seperti Maguldi dalam novel-novel Gabriel Garcia Marquez dan tentunya Blora dalam karya-karya Pram. 

Kita tahu bahwa setiap adegan tokoh dalam cerita membutuhkan tempat berpijak yang tak lain adalah latar. Maka tidak heran jika latar adalah bagian urgen dalam sebuah cerita. Latar, dalam fungsi yang lain, juga dapat memberi efek-efek tertentu dalam cerita. Jika kita membaca deskripsi tentang langit yang cerah, matahari yang bersinar terang dan jalanan yang sepi dan damai. Kita bisa merasakan efek kebahagiaan yang ditimbulkannya. 

Namun, sebaliknya, di saat kita membaca tentang suatu kondisi di sore hari yang mendung dan gelap, jalanan sepi yang menakutkan, dan petir yang menyambar- nyambar. Kita merasakan suatu susana yang begitu mencekam. Efek-efek seperti ini secara spontan terbentuk dalam pikiran kita. Yang pada tahap berikutnya, memberikan kesan serupa ketika dalam dunia nyata kita menghadapi susana yang sama dengan apa yang ada pada novel. 

Kita bisa melihat hal semacam ini sebagai suatu potensi. Memang pada dasarnya pelaksanaan tidak semudah seperti yang kita bayangkan. Beberapa hal menjadi lebih rumit dari bayangan awal kita. Namun, bukan berarti kita mundur dan membuang potensi ini. 

Kedepan, hal ini bisa menjadi hubungan erat antara pariwisata dan sastra pada umumnya. Yang selama ini dipikir sangat tidak mungkin bagi sebagian besar orang. Dan tentu inilah salah satu yang membuat saya berkeinginan untuk berkunjung ke Eropa. Lantas, apa yang membuat anda ingin pergi ke tempat impian anda? Bisa dijawab di kolom komentar. 


Komentar

Postingan Populer