Ryunosuke Akutagawa dan Sisi Gelap Manusia

Zenchi Naigu, seorang pendeta kuil di kota Ikeno, memiliki hidung yang menjuntai sepanjang dua belas sentimeter hingga ke bawah dagunya. Dia malu dengan hidung yang tak biasa seperti itu. Setiap orang yang berkunjung ke kuil untuk beribadah. Selalu ia amati dengan berharap barangkali jika salah satu diantara mereka memiliki hidung yang sama dengan miliknya. Sehingga rasa malunya bisa berkurang. Tapi tak pernah ada orang yang memiliki bentuk hidung persis dirinya. 

Hari-hari Naigu terus berjalan. Beriringan dengan rasa malu yang menghinggapinya. Untungnya dia seorang pendeta kuil. Orang-orang sedikit enggan dan sungkan untuk sekadar menertawakan anehnya bentuk hidung itu. Jadi, Naigu tak terlampau berat untuk menjalani segalanya. 

Suatu ketika. Setelah salah satu muridnya datang dari sebuah perjalanan yang panjang —seharusnya dia yang melakukannya. Murid itu bercerita bahwa dia telah bertemu seorang pendeta yang memberi tahu bagaimana cara membuat hidung menyusut kecil. Naigu tampak penasaran dengan cara itu. Tapi dia terlalu gengsi untuk bertanya, dan apalagi untuk mencobanya. Jika dia mencoba cara itu dan para murid tahu bahwa dia berusaha menyusutkan hidungnya. Mereka menganggap dia tidak terima dengan apa yang Tuhan takdirkan kepada dirinya. Jadi dia harus berserah diri kepada-Nya dan berusaha menerima.

Esok hari, dia tiba-tiba erahbah pikiran. Dia jadi ingin mengubah bentuk hidung yang buruk itu. Naigu memanggil si murid untuk membantunya mencoba cara yang pendeta lain itu sarankan. Dia hanya perlu merebus hidungnya di air mendidih, lalu menginjak-injaknya. Setelah ia melakukanya dua kali, hidungnya betul-betul menyusut. 

Dia luar biasa bahagia dengan perubahan hidungnya. Namun orang-orang tak menanggapinya sebagaimana mereka menanggapi adanya kebahagiaan. Mereka tertawa melihat bentuk baru hidung Naigu. Hidung itu memang sudah normal. Tapi nampak aneh jika menempel pada wajah Naigu. 

Naigu kembali bersedih. Mengapa semua seolah serba salah baginya. 

Di keesokan paginya. Dia bangun dari tidur. Dia berjalan menuju cermin dan menatap wajahnya seraya memegang hidung. Dia begitu terkejut melihat bahwa hidungnya berubah seperti dulu: menjuntai sepanjang dua belas sentimeter hingga ke bawah dagu. Dan ia pun merasa bahagia sebagaimana saat dia mendapati hidungnya berubah normal lima hari yang lalu. 

Akhirnya saya bisa menulis tulisan ini. Entah karena apa, saya terbiasa mengomentari cerpen-cerpen yang saya baca. Saya terus merasa gelisah jika saya tidak segera menulis tanggapan tentang cerpen yang saya baca (saya mengambil kalimat ini dari tulisan Eka Kurniawan. Sebab saya merasakan apa yang Eka Kurniawan rasakan). Seperti cerpen Ryunosuke Akutagawa ini. 

Pertama kali saya mendengar nama Ryunosuke Akutagawa ketika kelas sebelas SMA. Saya membaca sedikit biografinya. Namun belum sempat membaca karya-karyanya. Dan baru kesampaian dua hari yang lalu. 

Cerpen berjudul Hidung ini mengingatkan saya kepada cerpen berjudul Anjing Buta milik R. K. Narayan, seorang penulis besar India. Yaitu tentang kembalinya seseorang kepada kondisi di mana semula dia sangat membenci kondisi tersebut. Bedanya, pada cerpen Akutagawa, hal itu dialami oleh seorang pendeta kuil bernama Zenchi Naigu. Sedang pada cerpen Narayan, hal itu dialami oleh seekor anjing pasar. 

Sering kali kita merasa seperti, apa yang kita miliki belum terlalu cukup untuk kita. Kita selalu merasa kurang dengan apa yang kita punya saat ini. Seperti Naigu. Dia ingin hidungnya normal seperti orang lain. Dia berusaha untuk itu. Namun, ketika hidung itu berubah normal sepenuhnya. Dia tidak merasa bahagia seperti yang dibayangkan sebelumnya.

Manusia itu memang makhluk paling tamak. Saya juga teringat dengan berita tentang Papua baru-baru ini. Bahwa hutan berhektar-hektar di Papua telah dibakar habis untuk membuka lahan baru yang akan dijadikan kebun kelapa sawit. Lahan itu dibuka oleh salah satu perusahaan asal Korea. Lahan itu ditengarai menyamai luas kota Seoul. Saya tidak menyangka. Ternyata bukan hanya dunia hiburan Korea yang merambah pasar Indonesia, tapi juga dunia investasinya. 

Kita renungkan lagi. Bukankah alam sudah cukup memberi segala macam kebutuhan kepada kita? Namun, mengapa eksploitasi besar-besaran masih berlangsung dengan lancarnya? Dan ini terjadi di negeri kita. Negeri tercinta ini. Ketamakan seperti ini tidaklah bisa didiamkan begitu saja. 

Kembali kepada Naigu. Dia menganggap, seandainya hidungnya bisa berubah menjadi normal, dia tidak akan berselimut malu lagi. Dia bisa bergembira seperti orang normal lainnya. Kekhawatiran akan perasaan malu yang muncul manakala dia bertemu orang-orang yang sepenuhnya baru akan hilang. 

Tetapi, kenyataan tidak demikian. Mula-mula dia nyaman dengan bentuk hidung normal. Namun dia sendiri bahkan merasa aneh dengan keadaan hidungnya. Jadi, ketika suatu pagi itu dia kembali mendapati hidungnya berubah menjadi kembali panjang. Dia sangat senang. Sama senang dengan ketika hidungnya berubah normal.

Memang segala sesuatu yang terlihat baik bagi orang lain belum tentu terlihat baik bagi diri kita. Sesungguhnya kita dapat merasa bahagia dengan cara kita sendiri. Tanpa perlu menjadi seperti orang lain. Semua orang diciptakan berbeda. Dengan keunikan-keunikan, penampilan-penampilan, dan cara-cara bahagia mereka masing-masing. Maka kita tak perlu lagi merasa iri dengan kebahagiaan orang lain. Karena sesungguhnya kita memiliki cara berbahagia sendiri. Sesuai apa yang ada pada diri masing-masing. 

Komentar

  1. Dari cerita Naigu, keinginan merubah kekurangan yg dimilikinya hanya memiliki sisi internal dari diri Naigu sendiri, bukan karena atas paksaan atau konflik eksternal. Jadi, keputusan dalam cerita sedikit ambigu dengan kenyataan sekarang, ketika orang-orang ingin berubah kala ada paksa dari sisi eksternal...
    Ya itu hanya pendapat saja...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin karena cerpen ini sudah sangat lama. Jadinya tidak terlalu relevan dengan kondisi saat ini. Tapi memang Akutagawa lebih menggali sisi psikologis personal ketimbang lingkungan sekitarnya.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer