Ringkasan Novel Pencarian yang Hakiki

 

Bermula dari kelahiran Randolph Colfax, seorang anak kecil yang cerdas, putra seorang akademisi jenius, profesor Colfax. Rannie—sapaan akrab Randolph—sama seperti ayahnya, adalah seorang yang sangat cerdas, berotak brilian. Bahkan di usinya yang masih menapak dua tahun, ia mulai belajar membaca. Hingga ibunya sendiri, Nyonya Susan, sangat khawatir dengan kelebihan putranya ini. Tapi sang ayah yang bertubuh jangkung, mengerti dan tahu mesti bagaimana cara mereka menghadapi otak brilian Rannie. 

Rannie jauh lebih cepat berkembang daripada anak-anak seusianya. Sampai-sampai ia tidak memiliki teman hanya untuk bermain. Bukan dia yang dijauhi mereka, tapi Rannie lah yang menjauhi mereka. Rannie lebih gemar membaca buku di perpustakaan atau di rumahnya ketimbang harus bermain dengan sebayanya tanpa memperoleh pengetahuan apapun dari mereka. Dia lebih dekat dengan sang ayah yang selalu tahu jawaban dari pertanyaan yang Rannie lontarkan dan senantiasa paham dengan perkembangan Rannie. Hal ini membuat sang ibu menyerahkan Rannie sepenuhnya kepada suaminya tersebut.

Namun, ayahnya pergi dengan begitu cepat, untuk selama-lamanya. Rannie belum siap untuk hal semacam ini. Dia merasa terpukul, sangat terpukul. Begitu gusar bahkan. Karena hanya profesor sekaligus ayahnya itulah yang selama ini selalu memiliki jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya. Hanya dialah yang bisa memenuhi rasa ingin tahu yang besar Rannie. Namun, hidup harus terus berjalan sebagaimana mestinya dan tanpa ayah.

Ia semakin berkembang di hari-hari bahkan bulan-bulan dan tahun-tahun selanjutnya. Bahkan di usianya yang baru dua belas tahun, ia sudah siap untuk masuk perguruan tinggi. Dan ia menjalani kuliah itu dengan antusias. Badannya yang bongsor menyembunyikan usianya yang masih sangat muda. Ia bisa mengimbangi temannya yang berusia jauh di atasnya, bahkan mampu mengungguli mereka.

Suatu saat, ia mulai merasakan sesuatu yang kebanyakan anak muda alami. Apa arti hidup ini? Apa tujuan aku hidup? Pertanyaan semacam ini terus terngiang dalam benaknya. Akan menjadi apa ia jika sudah besar nanti? Ibunya belum terlalu berani memutuskan apa yang harus anaknya capai kelak. Seandainya ayahnya masih ada. Ia akan bertanya ke orang tua itu. Maka ia pun melakukan sebuah perjalan jauh nan panjang. Ke tempat-tempat yang belum sama sekali ia kunjungi. Dengan harap-harap akan menjumpai jawaban dari pertanyaannya selama ini. Dari Ohio, kota kelahirannya, Ia pergi ke New York. Mengunjungi kakek dari pihak ibu di sana. Berlayar ke Inggris, bertemu Lady Mary, seorang janda cantik bergairah yang kemudian mengajarinya apa fungsi dari adanya pria dan wanita. Berlanjut ia mengarungi Prancis. Di sana ia bertemu orang yang kelak sangat dicintainya, Stephanie Kung, gadis sebayanya keturunan Cina-Amerika beserta ayahnya, seorang Cina yang berjiwa artistik. 

Setelah semua dunia ia jelajahi dan pelajari, ia pun kembali ke Ohio untuk menemui ibunya yang kesepian. Dari perjalanannya tersebut, ia belum juga mendapat jawaban perihal apa yang harus ia capai dan harus menjadi apa ia di masa depan.

Kemudian ia menjalani wajib militer dan bertugas menjadi penjaga perbatasan di antara dua negara Korea. Ia menjaga perbatasan siang dan malam. Hingga catatan harian yang ditulisnya ketika di sana, menjadikannya seorang penulis masyhur setelah diterbitkan. Dan ia pun memutuskan bahwa ia akan menjadi seorang penulis. 

Dia tidak melupakan cintanya, Stephanie. Ayah Stephanie, si orang Cina, meminta Rannie untuk menjadi menantunya. Namun, naas, setalah ia utarakan perasaan itu kepada Stephanie. Stephanie menolak halus-halus meski apa yang Rannie rasakan juga Stephanie rasakan. Jauh-jauh hari Stephanie sudah memutuskan bahwa dia tidak akan pernah menikah. Dan pada akhirnya, setelah ayah Stephanie meninggal karena serangan jantung, ia kembali mengutarakan niatnya kepada Stephanie. Namun, Stephanie, tanpa gusar tetap pada keputusan pertamanya. Di suatu malam, jasad Stephanie ditemukan terbaring di kasur di kamarnya, dengan obat penenang tergeletak di sampingnya. Rannie tahu dosis berlebihan ini bukan ketidaksengajaan. Stephanie tahu bahwa tiada guna ia harus terus hidup dengan terus-menerus menyakiti Randolph. Begitulah Randolph Colfax, di tengah kesuksesannya sebagai penulis besar dengan bukunya yang begitu laris. Ia belum bisa meraih cinta sejatinya, Stephanie Kung(*) 



*)Novel ini merupakan karya dari Pearl S. Buck yang ditulis di penghujung hayatnya. Ia adalah peraih Penghargaan Nobel Kesusastraan 1938. Penulis Amerika Serikat berdarah campuran Cina. 



Komentar

Postingan Populer