Sastra: Menghibur dan Mengajar

Apa yang seseorang dapatkan setelah membaca puisi, membaca cerita, membaca novel? Apakah mereka terpengaruh oleh apa-apa yang mereka baca? Apakah mereka bisa merasa lebih senang karena terhibur setelah membaca karya sastra? Ataukah mereka mendapatkan sesuatu yang berharga dan bernilai dari karya sastra? Pertanyaan-pertanyaan di atas membutuhkan jawaban mengenai apa yang nantinya disebut sebagai fungsi-fungsi sastra.

Begitu dilematis ketika kita mempertanyakan apa itu fungsi sastra. Perdebatan berlangsung, sangat panjang, yang membentang dari abad delapan belas hingga saat sekarang. Jawaban populer dari waktu lampau yang masih terkenal hingga sekarang adalah bahwa karya sastra berfungsi menghibur dan mengajarkan sesuatu.

Ketika sastra sebagai hiburan. Maka sastra harus bertanggung jawab atas kegembiraan pembacanya. Atau setidaknya sang pembaca menjadi lebih rileks setelah membaca sastra.

Sebagian orang mengaku senang ketika  membaca karya sastra. Mereka mencari hiburan dengan banyak membaca novel, membaca puisi di media cetak harian, dan bahkan meminjam buku kumpulan cerita kepada teman. Apa yang dikatakan bahwa sastra menghibur diwakili oleh mereka. Sastra membebaskan pembaca dan penulisnya dari tekanan emosi, meregangkan otot-otot tegang, dan bisa pula menggugah semangat. Kita merasa lebih baik secara perasaan setelah membaca Bumi Manusia milik Pram. Kita juga merasa lebih emosional akibat membaca puisi-puisi Chairil Anwar. Sastra tidak menjadikan kita lebih baik secara fisik. Sastra lebih tinggi dari itu. Lebih jauh dari hanya sekadar kenikamatan fisik. Sastra menargetkan perasaan, manjangkau hati dan menyentuh pikiran. Ini semua merupakan tanda bukti bahwasanya sastra adalah penghibur sebagaimana seni yang lain; musik, film, bahkan seni rupa. 

Sastra membawa unsur estetis kepada penikmatnya. Merasuk ke dalam benak, benar-benar dalam hingga bahkan sang pembaca merasa, mengapa tokoh ini mengalami sesuatu yang sama dengan apa yang saya hadapi. Unsur estetis membentuk ruang dalam diri pembaca sampai pada saatnya pembaca merasa lebih puas dan tenang setelahnya. Hiburan bukan hanya tentang keindahan. Para intelektual beroleh hiburan dari apa yang mereka sebut sebagai hiburan intelektual, intelektual yang estetik. Maka menjadi salah kala kita mendefinisikan keindahan hanya berdasar diri kita sendiri.

Namun, apa sastra hanya bisa menghibur? Apa yang mungkin kita dapatkan dari sastra selain hanya sekadar hiburan semata? Tidakkah kita bisa mememukan keseriusan dalam sastra? Mendapatkan pelajaran berharga darinya mengenai ilmu pengetahun, pandangan hidup, atau sesuatu yang ada manfaatnya? 

Sastra tidak hanya menghibur. Sastra bukan sekadar sesuatu yang dibuat main-main dengan semata-mata bertujuan sebagai hiburan. Sastra membawa ajaran moral kepada pembacanya. Menyuguhkan semacam solusi-solusi perihal kehidupan yang tidak melulu buruk. Keseriusan dalam sastra dapat teruji. Kalau kita menganggap sastra hanya sebagai sebuah hiburan yang dibuat main-main tanpa keseriusan. Maka kita meremehkan kerja keras, ketekunan, dan kesungguhan pengarangnya. Bagaimana mungkin seorang pengarang menulis cerita hanya karena main-main. Sebab sekiranya, ia merencanakan matang-matang dengan serius bagaimana bentuk karyanya nanti.

Setidaknya sastra mengandung poin-poin moral, ilmu pengetahun, dan solusi-solusi masalah kehidupan. Karena prinsip dasar sastra adalah memuat hal-hal yang mungkin untuk terjadi dalam kehidupan nyata, suatu macam realitas. Sastra berisi kehidupan-kehidupan yang memungkinkan menjadi nyata. Sastra bukan karya yang berisi suatu fakta yang berulang. Namun, sastra memuat suatu fiksi yang mungkin menjadi fakta. 

Sastra juga tidak harus melulu mengajarkan. Jika kita menganggap sastra hanya sebagai keseriusan. Maka kita mengkhianati perasaan senang dan terhibur yang ditimbulkan akibat setelah membaca sastra.

Dua fungsi ini bukan hanya bisa mengisi. Dua-duanya harus bisa saling mengisi satu sama lain. Sastra hanya sebagai hiburan terasa belum lengkap jika tidak mengajarkan pelajaran. Sastra yang mengajarkan sesuatu tidak dianggap sempurna bila tanpa bisa menghibur. Dua fungsi ini sesuai dengan dua sifat asli sastra. Yaitu indah sekaligus berguna. Indah sebagai kesan estetis dari seni dan berguna sebagai kesan dari ilmu pengetahun. 


Komentar

  1. Apakah gambar sejenis satire, meme dan komik termasuk jenis sastra? Karena menurut saya keduanya punya fungsi yang hampir sama dengan karya sastra sendiri..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang bisa sama-sama menghibur dan mengajar. Namun sastra lebih kepada karya tulis. Sekalipun ada karya sastra yang tidak tertulis seperti sastra lisan.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer