Prosais Besar Prancis

Nama Negeri Prancis sangat tidak asing bagi telinga setiap orang. Merupakan salah satu negeri adidaya Eropa, negara ini memiliki kehidupan yang sangat berbudaya dalam segala hal: Ekonomi, politik, intelektual, sastra, dan bahkan, kita kerap kali mendengar Kota Paris sebagai pusat mode busana dunia.  

Prancis juga banyak melahirkan berbagai macam pemikiran intelektual. Salah satunya adalah menjamah ranah ibu dari segala ilmu, filsafat. Kita mengenal Rene Descrates sebagai Bapak Filsafat modern yang menjadi pelopor aliran Rasionalisme Prancis atau biasa disebut dengan Continental Rasionalism.

Mengenai sastra sendiri. Prancis bahkan memiliki aliran sastra yang khas, yang telah banyak menjadi bahan studi di berbagai belahan dunia. Yaitu Romantisme sebagai aliran utama dalam sastra Prancis. Diantara banyaknya tokoh sastrawan Prancis, saya akan menyebutkan beberapa dari mereka.


Albert Camus

Seorang peraih Hadiah Nobel Sastra pada tahun 1957. Ia memainkan dua peran dalam hidupnya, sebagai sastrawan sekaligus filsuf. Meraih gelar sarjana filsafat dari Universitas Algiers lalu bekerja sebagai wartawan. Prancis bukan kampung halamannya, karena dia lahir di Aljazair, 1913. Sebagai seorang filsuf, ia menyusupkan ide-ide absurditas ke dalam berbagai macam karyanya. Sebut saja novel, kumpulan cerita pendek, dan beberapa himpun esai. Dia juga disebut-sebut sebagai Bapak absurdisme. Karya-karyanya telah banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.


Alexandre Dumas

Seorang novelis legendaris Prancis. Lahir pada tahun 1802 dari seorang ayah berpangkat jendral di jaman Napoleon berkuasa. Ia tak pernah mendapat pendidikan formal yang baik karena kondisi ekonominya yang juga tak terlalu baik. Asalnya ia sukses sebagai seorang dramawan, tetapi ia beralih menjadi novelis dan membuat karir yang sama cemerlang seperti ketika menjadi dramawan sebelumnya. Ia banyak meramu aksi-aksi laga dan percintaan dalam cerita-ceritanya. Juga banyak dari karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Di usia tua, ia bangkrut karena kebiasaan buruknya berfoya-foya.


Gustave Flaubert

Lahir di Bouen, Normandia, 1821. Ia berkuliah di fakultas hukum meski sebenarnya semenjak muda ia tahu bahwa dirinya berbakat dalam sastra. Karena itu ia lakukan hanya demi menyenangkan keluarganya. Namun, ia tak merampungkan kuliah itu karena kondisi kesehatannya memburuk. Dan ia pun mengasingkan diri ke kampung halamannya dulu dan mulai fokus menulis sepenuhnya. Ia dianggap sebagai salah satu sastrawan paling berpengaruh di abad kesembilan belas. Karyanya bercorak realis dan ia sangat menentang romantisme yang menjadi arus utama waktu itu. Salah satu adikaryanya adalah novel berjudul Madame Bovary yang membongkar kemunafikan masyarakat kelas menengah Prancis. Novel itu terbit dalam edisi bahasa Indonesia dengan judul Nyonya Bovary.


Honore de Balzac

Pengarang legendaris yang menulis kumpulan novel pendek tentang sejarah sosial Prancis berjudul La Comédie Humaine. Novelnya bercorak dan bernuansa erotis. Namun tema utama dari karyanya adalah efek buruk dari uang. Ia mulai menulis adikaryanya tersebut sejak berusia tiga belas tahun. Dia adalah seorang sastrawan yang sangat perfeksionis. Beberapa kali ia merevisi karya-karyanya karena ia rasa ada suatu hal yang kurang. Ia sangat bekerja keras, sampai-sampai terkadang ia tak pernah keluar dari kamarnya selama tiga hari hanya karena menulis. Hingga suatu hari, ia mulai merasa bahwa selama ini, apa yang dilakukannya tidaklah sia-sia. Karena terlalu banyak berkutat dengan pekerjaan ia pun meninggal. Dan meninggalkan begitu banyak karya menakjubkan.


Jean-Paul Sartre

Filsuf sekaligus sastrawan yang memperoleh penghargaan internasional sebagai intelektual paling cakap dan berani pada masanya. Ia juga dianugrahi Hadiah Nobel Sastra tetapi ia menolak hadiah itu. Ke dalam salah satu novelnya berjudul La Nausee, yang dalam bahasa Indonesia berjudul Muak ia memasukkan bumbu-bumbu eksistensialisme. Ia belajar filsafat dan psikologi di Ecole Normale Superieure, yang di sana, ia bertemu Simone de Beauvoir, yang juga sama sepertinya seorang sastrawan dan filsuf yang lalu menjadi teman hidupnya sepanjang masa. Ia juga memainkan banyak peran; filsuf, sastrawan, kritikus budaya, dan jurnalis politik. Ia juga berteman dengan Albert Camus. Dan ia meninggal dunia di tahun 1980 sebagai seorang intelektual paling berpengaruh di abad dua puluh.


Komentar

Postingan Populer