Sosiologi dalam Bahasa dan Sastra

Mengapa studi bahasa atau sastra begitu butuh terhadap sosiologi? Sosiologi berbicara tentang kehidupan manusia, interaksi sesamanya. Suatu interaksi sosial tentu sangat butuh terhadap sesuatu yang dapat menghubungkannya. Lalu apakah sesuatu yang menghubungkan tersebut? Katakan, bahasalah sebagai solusinya. Bahkan bisa kita anggap bahasa sebagai alat utama dalam interaksi sosial manusia. Hal ini tidak bisa kita pungkiri. Bagaimana cara kita menyapa tetangga kita di pagi hari jikalau tidak menggunakan bahasa? Maka, urgensitas bahasa dalam sosiologi tidak dapat dibantah. 

Suatu kata dalam bahasa tidaklah bersifat netral. Beberapa hal punya pengaruh kuat dalam pembentukan atau terciptanya suatu kata. Salah satunya adalah aspek sosial. Kehidupan sosial membentuk suatu ketentuan-ketentuan yang dalam perkembangannya sangat mempegaruhi lahirnya kosa kata baru. Sebab suatu kata terkadang lahir dari kelas, keadaan, dan tingkah masyarakat sosial tertentu.

Sosiologi dan bahasa memiliki hubungan erat dan saling mempengaruhi antara keduanya. Baik pengaruh bahasa terhadap sosiologi ataupun sebaliknya. Sosiologi memiliki pengaruh terhadap bahasa, sosiolinguistik menjadi nama spesifik dari kajian ini. Dan bahasapun punya pengaruh terhadap masyarakat. Yang para ilmuwan menyebutnya dengan istilah sosiologi bahasa. 

Di dalam ranah sastra sendiri terdapat suatu aliran yang berorientasi dari sosiologi, yaitu realisme-sosialis. Merupakan suatu aliran sastra yang berusaha memenangkan sosialisme dalam kehidupan bermasyarakat melalui karya sastra. Inspirasi utama dari karya sastra ini adalah realitas masyarakat, meski nyatanya, seorang sosialis, dalam menghendaki realitas masyarakat hanya mengacu kepada kaum proletar. Diantara para tokohnya adalah Maxim Gorky dari Rusia dan Pramoedya Ananta Toer, sastrawan terbesar kita.

Bahkan, hubungan erat antara sosiologi dan sastra begitu jelas oleh kita. Dengan demikian, melalui karya-karyanya kita bisa mengetahui kelas sosial seorang pengarang. Karena tidak menutup kemungkinan, seorang pengarang, sadar atau tidak, adalah perwakilan dari kelas sosial tertentu, termasuk kelas sosialnya sendiri. Meski harus diakui bahwa kemungkinan ini tidak sepenuhnya bisa kita anggap benar-benar tepat. Seperti kita temukan dalam karya-karya Pram yang tidak lain adalah berisi tentang kelas kehidupan sosialnya sendiri. Walaupun juga banyak ditemukan pengarang yang membelot dari status sosial mereka. 

Karya sastra adalah suatu gambaran tentang kehidupan manusia. Sebagian besar kehidupan terdiri dari kenyataan sosial. Sastra menyirat-nyuratkan masalah sosial; tradisi, norma, interaksi, simbol, dan mitos. Karena karya sastra terlebih prosa, yang memuat berbagai macam kisah mengenai kehidupan manusia sering disebut sebagai dunia kecil manusia versi fiktif. Kita tidak akan sulit menemukan contoh konkret dari hal ini. Sebab kita sendiri tahu bahwa, semisal, novel Arus Balik milik Pramoedya yang menggambarkan bagaimana kondisi sosial Nusantara ketika itu, dimana arus selalu bergerak dari selatan ke utara. Hingga pada suatu saat arus itupun berbalik.

Sastra tidak hanya terbentuk dari kehidupan. Namun juga sangat bisa membentuk kehidupan. Inilah yang disebut pengaruh sastra terhadap masyarakat. Kita tidak bisa menganggap Madilog tak punya pengaruh terhadap semangat rakyat Indonesia dalam menentang penjajah. Ia sangat memiliki andil menggerakkan tekad merdeka rakyat Indonesia. Karena salah satu fungsi seni, seperti yang sebagian besar para ahli katakan, adalah sebagai propaganda.




Komentar

Postingan Populer